Wednesday, April 19, 2017

Panggilan di Lingkungan Kerja: Bu, Mbak, atau…Bun?

Pagi itu saya sedang dalam proses untuk mendapatkan akses untuk sebuah folder. Setelah korespondensi yang cukup berbelit, akhirnya saya dihubungi oleh seorang teknisi IT. Dia seorang perempuan muda. Sebelumnya, dia sudah sering menghubungi saya untuk memberikan support IT.

Mbak atau Ibu?


Dan kira-kira pembicaraan kami: Santi (S), IT Lady (IT)
S: Bu IT, saya perlu akses ke Folder V, mohon dibantu, saya sudah kirim tiketnya.
IT: Baik, Bu. Tunggu sebentar ya.
S: Iya.

Setelah sekitar 2 menit menunggu,
IT: Matriksnya berapa, Bun?

Mmm, saya pikir dia salah alamat. Tapi karena urusan saya harus segera, saya menanggapi.
S: “Matriksnya berapa, Bun?” --> ini salah alamat?
IT: Iya, Bun. Kalo minta akses folder harus ada matriksnya gitu.

Ternyata benar ditujukan untuk saya. Whattt??? Berasa online shop, deh….

S: Agak aneh ya dipanggil Bun. Berasa online shop. Panggil Mbak aja.
IT: Oh, kalau gitu panggil saya Mbak jugaaaa…

Saya hanya menghela nafas. Ini lingkungan profesional. Di samping itu, saya sama sekali tidak kenal dengan dia. Dan saya dipanggil Bunda. Terlepas dari seseorang punya anak atau tidak, ingin jadi Ibu atau tidak, yang saya tahu, tidak semua wanita nyaman dipanggil Bunda.

Di luar pun, seperti di mall, pasar atau toko, saya juga tidak suka dengan panggilan ban bun ban bun.

Sebelumnya, saya mempunyai beragam macam panggilan di lingkungan kantor. Mulai dari nama sendiri, Ibu, Mba, Uni, Uni Ajo (karena saya sering jadi koordinator pemesanan sate Ajo Ramon, haha). Saya tidak keberatan dengan semua itu.

Tapi dipanggil Bunda baru sekarang ini. Bukannya tidak mau menjadi Bunda, saya hanya tak mau dipanggil Bunda oleh sembarangan orang, dan tentunya bukan oleh teknisi IT ini.


Entahlah, mungkin saya yang terlalu kaku atau lingkungan kerja ini yang terlalu cair…

Dan entahlah, kadangkala seseorang memanggil orang lain dengan harapan ingin menghormati atau mendoakan. Jika yang dipanggil tidak menyukai 'penghormatan' atau tidak nyaman dengan 'doa' tersebut, mengapa masih diteruskan?
Load disqus comments

0 comments